Posts Tagged ‘Gerakan’

Namanya dikenang setiap peringatan Hari Perempuan Internasional. Zetkin-lah peletak dasar gagasan sebuah momentum yang diperingati di seluruh dunia.

DI Istora Senayan, lagu Maju Tak Gentar mengalun. Sukarno tak puas. Nyanyian lagu itu terdengar melempem, dan hanya beberapa orang yang ikut menyanyi. Dia mengajak yang hadir menyanyi lagi. Kali ini dia senang. “Lha yo ngono!” ujar Sukarno.

Suasana Jakarta memang tak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Suasana politik lagi genting pascaperistiwa Gerakan 30 September 1965. Kekuasaan Sukarno sendiri lagi di ujung tanduk. Tapi suaranya tetap lantang, pidato-pidatonya masih berapi-api.
baca selengkapnya…

Kabar adanya rencana pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi khusus kendaraan roda empat pada April tahun ini sudah santer dibicarakan. Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa sering mengungkapkan rencana pemerintah ini sejak akhir tahun lalu. Namun, rencana ini akhirnya mengalami penundaan dengan alasan harga minyak dunia yang melambung dan ketidakmatangan persiapan. Benarkah demikian adanya?

Kenaikan harga BBM yang terjadi pada masa pemerintahan Presiden Yudhoyono sering terjadi. Kenaikan tertinggi terjadi pada 2005 silam yang hampir mendekati 100% dari harga sebelumnya. Pada 2008 lalu juga mengalami kenaikan pula. Kenaikan ini menyebabkan “kegoncangan” politik dengan disetujuinya angket kenaikan harga BBM oleh DPR meski sampai sekarang entah bagaimana hasilnya. Namun, kenaikan tersebut tak bertahan lama karena tak berselang lama terjadi penurunan seiring fluktuasi harga minya dunia.
baca selengkapnya…

Para perempuan miskin di Desa Reni, India utara, melawan kontraktor swasta dan pemerintah yang menebangi hutan.

SEJAK berabad-abad, penduduk desa di India, terutama di wilayah perbukitan dan pegunungan, menggantungkan hidup pada hutan. Hutan menyediakan makanan, bahan bakar, pakan ternak, serta menjaga kelangsungan sumberdaya tanah dan air. Kekeselarasan dengan alam sangatlah penting. Hutan adalah segala-galanya.

Tapi, pada 1821, secara bertahap kendali atas wilayah hutan beralih ke tangan pemerintah. Perlawanan pun muncul. Pada 1916, para pejabat Inggris bingung atas “pembakaran rumah yang disengaja dan terorganisasi” oleh orang-orang dari Kumaon karena pembukaan hutan untuk kepentingan komersial tapi juga kehilangan hak-hak tradisional mereka. Terjadi pemogokan terhadap utar (kerja paksa). Hutan-hutan pinus dibakar di seluruh Kumaon, terutama di Almora.

Protes atas kebijakan hutan, yang bertentangan dengan kepentingan lokal, berlanjut setelah kemerdekaan. Puncaknya terjadi pada 1970-an dengan Gerakan Chipko.

Pelopornya adalah Chandi Prasad Bhatt, pekerja sosial yang menganut ajaran Mahatma Gandhi. Dia membentuk Dasholi Gram Swarajya Mandal (DGSM) di Gopeshwar pada 1964 untuk membangun kewirausahaan dan kemandirian dengan membangun usaha kecil yang memanfaatkan sumberdaya hutan. Pada akhirnya mereka berhadapan dengan para kontraktor yang hendak mengeksploitasi hutan. Mereka mulai bertekad untuk memperjuangkan hak-hak hutan. Mereka melancarkan gelombang protes. Banjir bandang di Alaknanda pada 1970 mendorong mereka terus memperkeras aksi. Pada 1972 mereka melakukan demonstrasi di Purola, Uttarkashi, dan Gopeshwar. Upaya itu gagal. Mereka terpaksa mencari cara baru.
baca selengkapnya…