Rusia, saudara lama yang bertemu kembali. Istilah ini mungkin cukup mewakili bagaimana Indonesia menjalin hubungan dengan Rusia. Pernah hangat dengan mesra, bahkan tak bertegur sapa sekali pun. Dibalik itu semua, masih tertinggal sisa-sisa kehangatan hubungan tersebut. Hubungan yang beku terjadi sejak Suharto berkuasa hingga menjelang dia diturunkan oleh gerakan massa.
Banyak kisah yang tertinggal di benak beberapa orang Rusia yang pernah merasakan kehangatan hubungan dengan Indonesia. Bahkan, mereka sampai saat ini terus terkenang dengan orang-orang Indonesia. Salah satu orang Indonesia yang dikenang, yakni Utuy Tatang Sontani. Seorang sastrawan besar ini hampir tak dikenal di Indonesia, tapi namanya harum di Rusia. Sastrawan ini menjadi salah satu dari ribuan orang yang dilarang pulang oleh rezim Suharto.
Lebih ke belakang lagi, orang-orang Rusia banyak yang mengenal Semaun, Tan Malaka, Darsono, dan Alimin. Mereka pernah hidup di negeri eks Soviet ini. Khusus Semaun, banyak kenangan yang terukir. Semaun mendirikan radio berbahasa Indonesia di Moskow. Atas jasanya, pendidikan Bahasa Indonesia pernah mengalami kejayaan sebelum akhirnya “dibunuh” oleh rezim fasis-militeristik Suharto. Beberapa dokumen tentang perkembangan Bahasa Indonesia juga tersimpan rapi di perpustakaan di Rusia. Sayang sekali jika ahli linguistik menyingkirkan Rusia dari daftar negara untuk mempelajari Bahasa Indonesia.
Kenangan tersebut masih terus hidup di benak beberapa orang Rusia. Mereka masih terus mengenang hubugan hangat tersebut. Salah satu contohnya, mereka sering hadir ketika diundang oleh KBRI Moskow ketika ada acara. Inilah film dokumenter tentang kenangan manis hubungan Indonesia-Rusia.